Pengalaman menjadi wanita
Cerita Ini terjadi ketika saya baru memasuki awal kuliah saya di sebuah Perguruan Tinggi di Bandung. Nama saya adalah Ronny. Sebenarnya saya berasal dari Jakarta, karena anjuran orang tua, saya disarankan untuk kuliah di Bandung saja. Demi keamanan dan kelancaran kuliah saya, di Bandung saya tinggal di sebuah kost yang tak jauh dari kampus. Di tempat kost tersebut ditinggali oleh cewek dan juga cowok tapi kamarnya berbeda blok jalan (dibatasi oleh sebuah gang yang lumayan lebar).
Waktu saya masuk kuliah di semester satu (saya berumur 18 tahun), saya masih agak canggung karena belum punya kenalan banyak, hingga suatu sore di saat saya selesai kuliah saya berpapasan dengan seorang cewek yang nampaknya lebih tua dari saya, mungkin dia angkatan 97. Dia tampaknya lebih tinggi dari saya, rambutnya sebahu, mukanya cute dan juga putih. Saya memandanginya culup lama, begitu juga dia, tapi kemudian dia beranjak pergi, tanpa berkata apa-apa.
Kemudian saya pulang ke kostku, dan di sana saya beristirahat sejenak. Sore itu saya agak bosan diam di kamar. Kemudian saya pergi ke warnet di dekat tempat kostku, di sana saya mulai mengecek email apa saja yang saya terima seminggu terakhir ini dan saya mulai masuk ke search engine dan mengetikkan kata shemale, bagi yang tidak tahu apa arti shemale itu, shamele sebanarnya berasal dari she + male (atau dalam bahasa Indonesianya lebih diartikan sebagai WaRia). Saya sendiri tidak tahu mengapa, tapi saya selalu tertarik mengenai topik-topik transexual, male to female (cowok yang berubah menjadi cewek), waktu di Jakarta dahulu saya sempat membeli sebuah majalah XX mengenai transexual, yang berisi gambar-gambar para “cewek” telanjang, “cewek” di sini bukan asli cewek, melainkan cowok yang sudah dirubah menjadi cewek (bisanya menggunakan hormon), atau ada pula yang disebut dickgirl (gadis yang memiliki penis), dan gambar-gambar tersebut biasanya menemaniku setiap hari di dalam WC untuk berfantasi & onani. Tubuh ku sendiri pun tidak seperti kebanyakan cowok, otot tangan dan kakiku kecil, dan juga penisku pun kecil (kalau ereksi hanya 7 cm) dan kalau tidak hanya 2,5 cm, dan bentuk tubuhku pun kecil seperti cewek, sehingga saya merasa tertarik dengan topik mengenai transgender/transexual.
Saat itu ketika saya sedang asyik melihat para “cewek” tesebut di layar PC, tiba-tiba saya terkejut setengah mati, ada seorang cewek yang menyandarkan dagunya di bahu kiri ku, tak sempat saya berkata-kata, dia menoleh dan berkata, “Hi, kamu senang yang kayak gituan yach?”, wajahku langsung pucat begitu ditanya, tak kusangka ada orang lain yang mengetahui hobiku yang “aneh” ini, ketika kulihat wajahnya, ternyata cewek yang tadi sore berpapasan denganku. Kemudian dia tersenyum dan berkata, “Lho, ditanya kok diam, kaget yach”, sambungnya lagi.
“Oh iya nama saya Lucy, kamu siapa?”.
Dengan agak gugup saya menjawab, “Eh, iya nama saya Ronny”.
Kemudian dia berkata”, Mau nggak kamu nungguin aku sampe aku selesai di warnet ini?, terus nanti pulangnya bareng sama aku?”.
Secara spontan saya menjawab, “Oke, Lucy”.
Kemudian dia membalas berkata, “Kamu puas-puasin aja dech liat para “cewek” itu!”.
Kepalaku sudah tak bisa berpikir lagi, “Apa yang terjadi, belum pernah saya ketemu cewek seperti ini..”. Sambil deg-degan saya teruskan browsing gambar-gambar “cewek”, tak terasa hingga satu jam berlalu, Lucy yang duduk di sebelahku, memegang tanganku dan berkata, “ayo, kita pulang sekarang..”, aku pun berdiri mengikuti Lucy ke kasir, dan membayarnya.
Keluar dari warnet itu ia langsung berkata, “Kita main di kamar kostku, mau nggak?”.
Tanpa pikir panjang lagi saya jawab, “Oke, dech”.
Lalu saya mengikutinya, yang ternyata tempat kostnya di seberang blok dari tempat kostku. Kemudian saya masuk ke kamarnya, dia pun masuk dan mengunci pintu. photomemek.com Dia langsung membuka kaus ketatnya, dan menyodorkan buah dadanya yang lumayan besar ke depan mukaku, dibalik BH-nya yang berwarna putih, terlihat sangat indah.
Lantas dia berkata, “Kamu mau pake juga, yach?”.
Mendengar itu saya terkejut, “Dari mana dia bisa tahu kalau saya adalah seorang crossdresser”, pikirku. Belum sempat saya menjawab, ia sudah melepas BH-nya, dan memakaikannya di dadaku, saat itu penisku sudah ereksi dan ujungnya sudah mulai basah.
Kemudian dia memberi isyarat agar saya berbaring di kasurnya, saya menurut saja. Kemudian dengan perlahan dia mulai membuka celanaku dan melepasnya, kemudian CD-ku pun mulai dilepaskanya, kini saya telanjang dan memakai sebuah bra. Tak kusangka, dari balik tangannya dia mengeluarkan stocking berwarna hitam dan mulai memakaikannya di kakiku, “Ah, sungguh nikmat rasanya, pada saat stocking itu terpasang di kakiku”, ternyata impianku selama ini menjadi kenyatan, bertemu seorang cewek yang mengerti hobiku.
Kemudian dia mulai memegang penisku yang sudah ereksi sejak tadi, sambil meremas dan mengoyangkannya dia berkata, “Punyamu lucu juga yach, kecil imut”, sambil terus mengocoknya. Saya sudah tidak tahan, “Apa yang harus kulakukan”, pikirku sambil meikmati saat indah itu. Tiba-tiba ada sebuah benda yang menusuk lubang anal-ku. Oh, ternyata sebuah dildo, mulanya terasa sakit, tapi kemudian begitu ia menariknya dan mendorongya ke dalam, mulai terasa nikmat.
Kemudian saat Lucy sudah mengocok penisku kurang lebih 10 menit terasa ada aliran dari dalam yang mau memancar keluar, “Crott”, air maniku langsung mencuat keluar membasahi perut dan juga buah dadanya, nafasku sudah terengah-engah. “Ah, tak pernah kusangka, aku dipermainkan oleh seorang cewek di ranjang”.
Tapi tiba-tiba dia berkata, “Ron, sekarang giliran kamu!”, aku terkejut mendengarnya.
“Ayo.., aku kan belum nyobain punya kamu”, tanpa pikir panjang aku langsung memasukan penisku yang hanya 7 cm itu ke dalam lubang vaginanya dan kupercepat gerakkanku.
Sambil terengah-engah Lucy pun berkata, “Lumayan, sebagai cowok loe juga asik”. Sedangakan dildo itu masih berada di dalam lubang anusku dan masih bergetar. Aku pun sama-sama terengah-engah. Sampai kami berdua lelah dan mengakhiri aksi tersebut dan langsung tertidur lelap.
Esok harinya ketika aku bangun, kulihat Lucy sudah berdiri di depan kaca riasnya dan begitu menyadari aku bangun ia langsung berkata, “Hallo Ron, gimana kamu, udah kuat lagi?”.
Aku pun beranjak dari tempat tidurnya, seraya mencari pakaianku, tapi tak kudapati. Lucy pun berkata, “Eh, pakaian loe udah gue masukin ke tempat cuci di kost ini”.
Mendengar itu aku terkejut dan berkata, “Lho, Luc masak gue harus keluar dari sini telanjang?”.
Lalu di berkata, “Tenang aja pakaianku masih ada banyak kok..!”, sambil melirik ke arah lemari pakaiannya. Di situ aku baru sadar bahwa aku mau tidak mau harus menuruti kemauannya Lucy. Aku teringat dengan topik “forced feminization” yang aku sering baca di internet, tapi itu juga termasuk ke dalam fantasiku, diperlakukan sebagai cewek. Aku pikir ini kesempatanku mewujudkan fantasiku, tapi tiba-tiba aku baru sadar, aku masih harus kuliah, dan bagaimana bila aku menjadi “cewek”, apakah teman-temanku masih mengenaliku? Tapi aku terpaksa, lalu aku mandi dan begitu selasai, Lucy sudah siap untuk merubahku. Langsung saja dalam waktu 20 menit aku sudah menjadi “cewek”.
Pagi itu aku memakai jeans warna putih yang lumayan ketat dan sebuah kaus ketat warna pink serta sebuah wig oval. Kemudian dengan beberapa polesan tipis, dia make-up mukaku dan alhasil aku bukan Ronny lagi. Lalu aku mulai memakai sepatu sandal milik Lucy yang berhak setinggi 6 cm (impian terpendam, dari dulu saya ingin sekali memakainya). Setelah selasai aku berdiri, ternyata “keanehanku” terjadi lagi yaitu setiap kali aku menjadi feminim, penisku tidak mau tinggal diam, ia selalu saja ereksi sehingga di balik jeans tersebut menyembul “sesuatu”. Melihat itu Lucy mengerti.
“Oh kamu nggak bisa sabar yach”, katanya sembari memberiku sewadah pil.
Aku terkejut dan berkata, “Apa ini?”.
“Ah pokonya minum aja, dan tahu beres dech, pokoknya loe minum tiap hari, oke!”, katanya sembari membereskan tasnya.
Aku menurut saja dan hari itu aku kuliah bersama dengan dia sebagai Venny. Di kelas aku selalu berada di dekatnya sehingga bila ada yang bertanya padaku, Lucy langsung berkata bahwa aku adalah sepupunya.
Tak terasa kini sudah satu setengah tahun aku menjalin hubungan “aneh” dengan Lucy dan kadang-kadang aku kencan dengan dia sebagai Lucy dengan Venny. Kini aku tahu bahwa pil yang kuminum ternyata pil estrogen yang membuatku menjadi tidak cepat ereksi dan lebih feminim. Kini aku bahagia dengan Lucy sebagai seorang male yang sexless, tapi aku bersyukur bisa bertemu dengan Lucy.
Tamat
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,